Bukanlah Alkitab/Bibel namanya kalau di dalamnya tidak mengandung berbagai bentuk kesalahan, kemustahilan, fitnah, pornografi, distorsi, kontradiksi, tambal-sulam, kesombongan, kebohongan, rasialisme, perombakan, penambahan, pengurangan, penyelewengan-sejarah, pengaburan-kisah, narasi fiktif, penyimpangan, pemalsuan, revisi-revisi, pencatutan, salah-arah, versi-versi-bervariasi, dan lain sebagainya.
Pada bagian awal ini, kita akan melihat bersama-sama tentang pencatutan kata Allah oleh para penyusun Alkitab Indonesia yang secara sengaja disalah-arahkan untuk tujuan tertentu.
Tidak bisa dibantah lagi, bahwa secara etimologis kata Allah berasal dari bahasa Arab, setidaknya telah tertulis di dalam kitab suci Al-Qur’an semenjak tahun 633 M, yaitu ketika untuk pertama kalinya kitab wahyu tersebut dibukukan oleh Zayd ibn Tsabit atas perintah Khulafaur Rasyidin I, Abu Bakar ash-Shiddiq.
Allah adalah kata dalam bahasa Arab yang berasal dari pemadatan al dan Ilah. Ia berartiTuhan atau menyiratkan Satu Tuhan. Dengan kata lain, tidak ada tuhan selain Allah. Allahadalah nama diri Dzat Rabb Semesta Alam. Ia tidak dapat diterjemahkan dengan kata lain, misalnya, God, Tuhan, atau Gusti. Ia juga tidak dapat dijadikan terjemahan untuk bahasa manapun. Lafadz-nya dinamakan Lafzhul Jalalah.
Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya, Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar. (QS. 2:255)
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS. 20:14)
Dan Dialah Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS. 28:70)
Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Mahaesa; Allah adalah tempat bergantung segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.” (QS. 112:1-4)
Allah bukanlah roh (karena roh adalah makhluk) dan bukan pula dzat yang menyerupai makhluk sebagaimana disiratkan dalam catatan Alkitab. Ia adalah Dzat yang ghaib, tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya.
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat. (QS. 42:11)
Karenanya, Allah, mengutuk keras kepada orang-orang yang menuhankan makhluk seperti Isa al-Masih (Yesus) dan Roh Kudus (malaikat Jibril), dan menjanjikan akan memasukkan mereka ke dalam neraka Jahannam.
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Mesias anak Maria“, padahal Mesias (sendiri) berkata: “Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga“, padahal sekali-kali tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS. 5:72-73)
Sesungguhnya orang-orang kafir, yakni Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen) dan Musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. 98:6)
Setelah membaca ulasan singkat di atas, marilah kita lihat bersama-sama bagaimana para penyusun Alkitab Indonesia secara membabi-buta dan tanpa malu-malu mencatut kata Allahuntuk tujuan tertentu yang amat menyesatkan, berikut ini, antara lain (cetak biru ditambahkan):
Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allahmelayang-layang di atas permukaan air. (Kejadian 1:2)
Salah-arah: Roh Allah, seharusnya: Roh Elohim.
Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kejadian: 1:26)
Salah-arah: Allah, seharusnya: Elohim.
Salah-arah: Allah, seharusnya: Elohim.
Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, (Kejadian 2:4)
Salah-arah: TUHAN Allah, seharusnya: JAHWEH.
Lagi Ia berfirman: “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah. (Keluaran 3:6)
Salah-arah: Allah, seharusnya: Tuhan (Allah adalah nama Dzat, bukan istilah).
Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. (Ulangan 5:6)
Salah-arah: TUHAN, Allahmu, seharusnya: ELOHIM, Tuhanmu.
Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. (Ulangan 5:7)
Salah-arah: TUHAN, Allahmu, seharusnya: ELOHIM, Tuhanmu.
Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. (Ulangan 5:7)
Salah-arah: allah, seharusnya: tuhan (Allah adalah nama Dzat, bukan istilah).
Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN Allahmu, adalah Allahyang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, (Ulangan 5:8-9)
Salah-arah: TUHAN Allahmu, adalah Allah, seharusnya: ELOHIM Tuhanmu, adalah Tuhan.
Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. (Ulangan 18:15)
Salah-arah: TUHAN, Allahmu, seharusnya: ELOHIM, Tuhanmu.
DAN LAIN SEBAGAINYA.
Tampak jelas bagaimana para penyusun Alkitab Indonesia telah salah-arah atau mungkin sengaja menempatkan kata Allah sebagai istilah untuk penyebutan Tuhan. Padahal, Allahadalah nama diri Dzat Rabb Semesta Alam yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa manapun dan tidak dapat dijadikan terjemahan untuk bahasa manapun! (Harap baca kembali ulasan singkat di atas!).
Lebih jauh, pengucapan Lafzhul Jalalah pada kata Allah harus diucapkan seperti ketika orang Islam menyebut Allah (lam kembar), sebaliknya, umat Kristen Indonesia mengucapkan kataAllah seperti ketika kita membaca kata alah (lam tunggal). Sudah salah-arah, tersesat pula.
Namun demikian, terlepas dari persoalan salah-arah di atas, harus dipahami, bahwa baikElohim maupun Jahweh, keduanya pada hakikatnya merujuk pada satu Tuhan yang sama yaituAllah. Kedua istilah Tuhan Yahudi tersebut, hanyalah memberikan identifikasi/ciri khas bagi suku-suku Israel yang turut andil dalam penyusunan kitab-kitab dalam Perjanjian Lama. Elohimadalah Tuhannya Kerajaan Israel Utara, sedangkan Jahweh adalah Tuhannya Kerajaan Israel Selatan dari suku Yehuda dan Benyamin, pada masa lampau
No comments:
Post a Comment