Berbagai kitab dalam Perjanjian Baru mencatattiga ungkapan yang diduga berasal dari Yesus.Masing-masing ungkapan tampaknya menunjukkan universalitas kerasulan Yesus dan para pengikutnya. Dalam uraian berikut, setelah penggambaran singkat mengenai suatu tempat yang dicantumkan pada ungkapan yang diduga berasal dari Yesus itu, masing-masing dari ketiga ayat ini dikutip kata-per-kata, dan ayat alkitabiah yang meragukan dikritisi.
CONTOH PERTAMA. Ayat pertama yang harus dipertimbangkan berasal dari Injil Matius. Tempatnya di Galolee, sebelah utara Palestina. Waktunya beberapa hari setelah dugaan penyaliban dan kebangkitan-kembali Yesus,1 ketika sedikitnya sebelas orang murid2 melakukan perjalanan beberapa hari dan Yerusalem, tempat mereka merayakan Minggu Paskah, menuju Galilee.Kini sebelas orang murid itu pergi ke Galilee, menuju gunung tempat mereka dulu pernah dituntun ke sana oleh Yesus. Ketika mereka melihatnya, mereka menyembahnya; tetapi sebagian ragu. Kemudian Yesus datang dan berkata kepada mereka, “Seluruh kekuasaan di langit dan di bumi telah diberikan kepadaku. Oleh karenanya, pergilan dan carilah murid-murid dari seluruh bangsa, dengan membaptis mereka atas nama Bapa, Putra, dan roh Kudus, serta mengajarkan kepada mereka untuk mentaati segala hal yang telah aku perintahkan kepadamu. Dan ingatlah, aku selalu bersamamu, hingga akhir zaman”.3
Kelihatannya, ayat di atas merupakan bukti yang sangat kuat bahwa Yesus menyatakan kerasulan universal. Akan tetapi, ada banyak kekurangan penting dan serius dalam ayat di atas. Sekarang, mari kita telaah kekurangan-kekurangan ini.
Pertama dan terpenting harus diingat bahwa Matius menggambarkan pernyataan di atas dari mulut Yesus “yang dibangkitkan”, bukan dari saat Yesus melaksanakan misi “kerasulan di dunia”. Dalam kitab-kitab Perjanjian Baru, penggunaan kosep Yesus “yang dibangkitkan” sering kali berupa sandi yang menunjukkan bahwa apa yang disebut “saksi” benar-benar telah mengalami satu “penampakan”. Dalam hal ini, kita harus mempertimbangkan kasus “penampakan” Paulus (saul Tarsus) ketika ia melakukan perjalanan dari Yerusalem dan Damaskus, dengan maksud untuk menyiksa para pengikut awal Yesus.4 Jelasnya, sebuah “penampakan” – dengan otoritasnya sendiri – tidak bisa mengklaim jenis kepercayaan historis yang sama seperti kata yang diucapkan Yesus selama masa hidup dan penasbihannya. Seperti diketahui, keraguan yang nyata mengenai keakuratan sejarah pernyataan di atas menjadi sangat jelas.Kedua,ungkapan Yesus yang dilaporkan dan diduga merupakan perintah kepada murid-muridnya adalah satu rumusan pembaptisan liturgis dalam bentuk literer yang menunjukkan asal-muasalnya dalam gereja-gereja Kristen awal. Dengan penyuntingan dan paredaksian kemudian atas Matius, rumusan pembaptisan liturgis ini tampaknya telah dimodifikasi menjadi [berasal dari] kata-kata Yesus “yang dibangkitkan”, karenanya, bentuk analisis kritis (Formgeschichte) atas ungkapan itu mengarah pada penisbahannya dengan gereja-gereja Kristen awal, yang sampai batas tertentu kemungkinan tidak lebih awal daripada abad ke-2 M. bahwa rumusan pembaptisan ini menunjuk pada waktu yang jauh lebih belakangan daripada Yesus bisa dilihat dengan adanya fakta bahwa para murid melanjutkan pembaptisan hanya atas nama Yesus, dengan menghindari setiap penyebutan trinitas dalam rumusan pembaptisan liturgisnya.
Petrus berkata kepada mereka, “Bertobatlah, dan dibaptislah setiap orang dari kalian atas nama Yesus Kristus sehingga dosa-dosa kalian bisa diampuni; dan kalian akan menerima anugrah dari Roh Kudus.5
Ketiga, kritik teks menunjukkan bahwa ayat dari Matius di atas mendapatkan banyak sisian dan penambahan kemudian. Misalnya, dalam kutipan abad ke-4 M dari ayat di atas, Eusebius6 menyatakan sebagai “membaptis mereka atas namaku”, alih-alih “membaptis mereka atas nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus”.7 Karenanya, paling tidak hingga akhir abad ke-4 M, ayat Matius di atas masih mengalami proses penyuntingan dan penambahan oleh mereka yang ada di gereja-gereja Kristen! Fakta ini sendiri cukup untuk menilai bahwa kesejahteraan ayat Matius menjadi sama sekali tidak berarti.
Keempat,jika Yesus benar-benar memerintahkan murid-muridnya untuk menyampaikan kerasulan ke “seluruh bangsa”, catatan kesejarahan tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa mereka sangat ragu-ragu untuk menaati perintah ini, bahkan sering kali mengabaikannya sama sekali. Pembangkangan dan/atau keraguan dalam menaati perintah yang diduga berasal dari Yesus “yang dibangkitkan” untuk menyampaikan pesan kepada “seluruh bangsa” ini dengan cepat dan mudah bisa diverifikasi dan dikuatkan oleh banyak ayat Perjanjian Baru, termasuk Kitab Perbuatan 11: 1-18, dimana Petrus dihukum oleh para anggota “gereja”8 Yerusalem awal hanya karena makan bersama orang-orang Kristen non-Yahudi. Bagaimana mungkin para sesepuh “gereja” Yerusalem ini bisa menentang Petrus untuk makan bersama orang-orang Kristen non-Yahudi jika Yesus benar-benar memberikan perintah untuk menyampaikan pesan kepada “seluruh bangsa”?Selain itu, Orang-orang Galatia 2: 1-9 mendokumentasikan kesulitan Paulus untuk meyakinkan “gereja” Yerusalem awal agar ia diizinkan menyampaikan pesan injil kepada orang-orang non Yahudi. Bagaimakah Paulus bisa menemui kesulitan semacam ini jika Yesus benar-benar memberikan tugas universal kepada murid-muridnya? Ingatlah, Paulus bukan dan tidak pernah menjadi murid Yesus, dan bahkan tidak pernah bertemu Yesus selama masa kehidupan Yesus di dunia. Lebih jauh, Kitab Perbuatan – yang pada dasarnya merupakan kitab propaganda, yang kokoh melaporkan sejarah gereja-gereja awal, tetapi memasukkan tradisi Paulus yang menyimpang dalam agama Kristen awal – bahkan lebih jauh mencatat bahwa murid-murid Yesus yang sebenarnya dengan tegas menolak Paulus sebagai seorang murid pengikutnya.
Ketika ia telah sampai di Yerusalem, ia berusaha untuk bergabung dengan murid-murid itu; dan mereka semua takut kepadanya, karena mereka tidak percara bahwa ia adalah seorang murid.9
Sebagimana diketahui, argumen Paulus untuk menyampaikan pesan injil kep ada orang-orang non-Yahudi buikanlah tindakan seorang murid, dan tindakannya ini menuai banyak celaan dari “gereja” orisinal yang berada di Yerusalem.10 Satu contoh lainnya agaknya perlu dikutip secara lengkap di bawah ini :
Kini mereka telah terpecah-belah karena penyiksaan yang terjadi atas Stefen yang telah menempuh perjalanan sejauh Phoenisia, Cyprus, dan Antiokia, dan mereka tidak mengatakan sepatah katapun kecuali kepada orang-orang Yahudi.11Berkaitan dengan penugasan yang konon diberikan kepada murid-muridnya untuk “mengembara dan mengambil murid dari seluruh bangsa”, kekurangan keempat ini saja sudah cukup untuk menunjukkan bahwa “tidak mungkin Yesus mengatakan hal ini …”12
Jika dipertimbangkan bersama, empat kekurangan yang dicatat di atas memberikan bukti meyakinkan bahwa kata-kata yang dituturkan dalam Matius 28: 18-20 tidak bisa dikatakan berasal dari Yesus, jika setiap persamaan yang mengandung keakuratan sejarah dipertahankan. Sebagaimana diungkapkan oleh salah seorang teolog Kristen dan penafsiran Alkitab: “ayat-ayat ini kemungkinan lebih mencerminkan interpretasi gereja awal daripada kata-kata Yesus yang sebenarnya …”13
Keterangan:
1. Lihat “Bantahan-bantahan penyaliban Yesus” pada menu.
2. Mungkin, 11 murid tersebut merujuk pada 12 orang murid dikurangi Yudas Iskariot.
3. Matius 28:16-20.
4. Perbuatan 9:1-9.
5. Perbuatan 2:38.
6. Eusebius Pamphili adalah seorang uskup Caesarea pada abad ke-4 Masehi. Dia adalah pengarang karya monumental Ecclesiastical History, Chronicle, dan pelbagai macam apologi serta komentar. — (1998c)
7. Davies JN (1929b)
8. Para murid dan sesepuh tersebut berkumpul bersama di Yerusalem yang secara tradisional dirujuk sebagai gereja Yerusalem. Namun demikian, ia bukanlah sebuah “gereja”. Mereka tetap melakukan kebaktian dan bersembahyang di kuil Yahudi, dan dengan jelas mempertahankan diri mereka sebagai bagian dari “negeri Israel”. Mereka bukanlah sebuah agama baru, yaitu agama Kristen, tetapi mereka ada di antara orang-orang Yahudi yang telah kembali pada kepasrahan kepada Allah. (Lihat “Perspektif Islam dan Yudeo-Kristen” pada menu).
9. Perbuatan 9:26.
10. Perbuatan 15:1-5; 21:17-26; Orang-orang Galatia 2:1-9. Ingatlah bahwa Kitab Perbuatan ditulis oleh tradisi dan mazhab Paulus, dan karenanya mempresentasikan laporan yang sangat bias mengenai konflik antara Paulus dan “gereja” awal di Yerusalem. Misalnya, Perbuatan 21:17-26 mengaku menunjukkan bahwa “gereja” Yerusalem mendukung Paulus. Namun demikian, fakta yang sebenarnya adalah, sebagaimana dilaporkan dalam keterangan yang sebenarnya, bahwa para sesepuh “gereja” Yerusalem tersebut memerintahkan Paulus melaksanakan ritus-ritus sementara sebagai seorang Nazarite, yang menunjukkan bahwa ia harus melaksanakan pemurnian diri dan melaksanakan penebusan dosa untuk menebus apa yang telah ia perbuat.
11. Perbuatan 11:19.
12. Fenton JC (1973), hal. 453.
13. Hamilton W (1959), hal. 109.
2. Mungkin, 11 murid tersebut merujuk pada 12 orang murid dikurangi Yudas Iskariot.
3. Matius 28:16-20.
4. Perbuatan 9:1-9.
5. Perbuatan 2:38.
6. Eusebius Pamphili adalah seorang uskup Caesarea pada abad ke-4 Masehi. Dia adalah pengarang karya monumental Ecclesiastical History, Chronicle, dan pelbagai macam apologi serta komentar. — (1998c)
7. Davies JN (1929b)
8. Para murid dan sesepuh tersebut berkumpul bersama di Yerusalem yang secara tradisional dirujuk sebagai gereja Yerusalem. Namun demikian, ia bukanlah sebuah “gereja”. Mereka tetap melakukan kebaktian dan bersembahyang di kuil Yahudi, dan dengan jelas mempertahankan diri mereka sebagai bagian dari “negeri Israel”. Mereka bukanlah sebuah agama baru, yaitu agama Kristen, tetapi mereka ada di antara orang-orang Yahudi yang telah kembali pada kepasrahan kepada Allah. (Lihat “Perspektif Islam dan Yudeo-Kristen” pada menu).
9. Perbuatan 9:26.
10. Perbuatan 15:1-5; 21:17-26; Orang-orang Galatia 2:1-9. Ingatlah bahwa Kitab Perbuatan ditulis oleh tradisi dan mazhab Paulus, dan karenanya mempresentasikan laporan yang sangat bias mengenai konflik antara Paulus dan “gereja” awal di Yerusalem. Misalnya, Perbuatan 21:17-26 mengaku menunjukkan bahwa “gereja” Yerusalem mendukung Paulus. Namun demikian, fakta yang sebenarnya adalah, sebagaimana dilaporkan dalam keterangan yang sebenarnya, bahwa para sesepuh “gereja” Yerusalem tersebut memerintahkan Paulus melaksanakan ritus-ritus sementara sebagai seorang Nazarite, yang menunjukkan bahwa ia harus melaksanakan pemurnian diri dan melaksanakan penebusan dosa untuk menebus apa yang telah ia perbuat.
11. Perbuatan 11:19.
12. Fenton JC (1973), hal. 453.
13. Hamilton W (1959), hal. 109.
No comments:
Post a Comment