Ketika dua anak cucu adam sedang dimabuk cinta, semua yang ada pada pasangan adalah indah dan menarik. semua nampak mempesona, rasa ingin selalu disampingnya menyeret perasaan serta pikiran. singkat kata apapun yang dari dia adalah elok.
dalam pandangan kita saat itu dialah yang terbaik bagi kita, kasih sayangnya, perhatiannya, sungguh tiada tara, namun setelah akad nikah berlangsung, bulan madu pun sudah lewat, barulah muncul, sifat-sifat asli mulai nampak jelas, tak jarang sifat baik yang ditunjukkan waktu sebelum nikah sirna berganti dengan sifa sebaliknya, atau minimal ada sifat-sifat buruk dia yang tidak kita sukai, masih mending kalau itu hanya sifat-sifat yang tidak prinsipil, tapi jika perangai buruk itu berupa hal-hal prinsipil bisa sangat menyiksa.
memang tak ada manusia yang sempurna, dibalik sifat-sifat baiknya tentu ada juga sifat-sifat yang kurang kita senangi, inilah ujian, seorang suami yang shaleh kadang punya istri yang bertolak belakang, suaminya demen beramal shodaqoh,istrinya pelitnya minta ampun, atau sebaliknya.
bersabar menghadapi akhlaq yang tidak baik pasangan kita merupakan suatu amalan yang besar pahalanya.
Rasulullah SAW bersabda, ” Lelaki mana saja yang bersabar atas akhlaq jelek isterinya, Allah SWT akan memberikan pahala kepadanya seperti yang DIA berikan kepada Ayyub AS, karena kesabarannya atas bala’ yang menimpanya. Dan perempuan mana saja yang bersabar atas akhlaq buruk suaminya, Allah SWT akan memeberikan pahala kepadanya seperti yang DIA berikan kepada Aisyah binti Muza’im, istri fir’aun “. ( HR. Ath-Thabrani )
Sebagai penutup penulis teringat kisah tentang seseorang yang terkenal sebagai waliyullah, suatu hari sang waliyullah ini kedatangan seorang tamu, karena ada hal penting yang perlu penjelasan panjang lebar, sang tamu diminta menginap, pagi harinya sebelum tamunya pamit pulang, sang waliyullah ini mempersilahkannya untuk sarapan ala kadarnya. Sang wali pun masuk kedalam rumah mengambil nasi beserta lauk pauknya, samar-samar si tamu mendengar istri sang wali dengan nada kesal bicara sama suaminya ” abah ini bagaimana, sudah tahu nasinya sedikit koq mau diberikan tamu?” sang wali pun menjawab dengan suara lembut dan pelan sehingga si tamu tidak begitu jelas apa yang diucapkan sang wali.
Selesai sarapan pagi, si tamu berpamit hendak pulang, tapi karena penasaran dia memberanikan diri bertanya kepada sang wali perihal istrinya yang dalam pandangannya ” berani” dengan suaminya.
” Njenengan(anda ) kan seorang wali, yang do’anya mustajab, dimana-mana dihormati orang, bagaimana bias istri anda sikapnya demikian dengan njenengan? ” si tamu bertanya karena penasaran
Dengan didahukui senyumannya yang khas sang wali menjawab,
” justru karena sikap istri saya itulah yang menjadikan saya dianugerahi kelebihan seperti sekarang ini ”
” lho koq bisa? ” si tamu tambah penasaran
” saya menerima & bersabar dengan sikap istri saya seperti yang kamu ketahui tadi, dan karena kesabaran itulah Allah menganugerahi kelebihan kepadaku, mungkin kalau istriku tidak begitu, belum tentu saya memperoleh ladang amal kesabaran seperti sekarang ini “.
Si tamu pun akhirnya mafhum, jelas dengan jawaban sang waliyullah, dia pamit pulang, kata-kata terakhir dari sang wali yang masih berngiang ditelinganya ;
” jangan mengharapkan pasangan kita sempurna seperti yang kita inginkan, sebaliknya kita yang seharusnya menyesuaikan diri dengan segala kekurangannya, sebab tak ada manusia yang sempurna ”
Silahkan berkomentar
Gunakan sopan santun sebagai tanda orang yang berakhlaq baik