Jakarta - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Profesor Doktor Haji Dadang Hawari (Psikiater) menyayangkan mengapa SBY seakan tutup mata dengan rencana kampanye kondom di Indonesia.
"Kenyataannya SBY menutup mata. Ini adalah suatu kebohongan publik. Berarti ini SBY lakukan konspirasi. Untuk pemakaian kondom pada keluarga berencana gagal 20%," kata Prof Dadang kepada Suara Islam Online, Sabtu (30/6/2012)
"Dengarkanlah suara rakyat untuk kesekian kalinya. Kondom ini sudah soal lama, jangan dipaksakan lagi, kalau keadaan mau tenang jangan dipaksakan. Ubahlah kampanye kondom menjadi kampanye anti seks bebas. Kalau ini dilanggar juga risikonya ada keributan lagi," lanjut Prof Dadang.
Selain itu, Prof Dadang juga menyampaikan pendapatnya mengenai pengalaman penutupan perzinahan di pelabuhan yang dilakukan oleh Menteri Kesehatan saat dulu menjadi istri Gubernur NTT.
"Itu kelihatan logis tetapi tidak benar. Setiap yang benar pasti logis tetapi yang logis belum tentu benar. Setiap tempat pelacuran ditutup tetapi tidak ada folow up-nya, dan untuk pelaut-pelaut harus menikah dan jika ada perkosaan maka harus dihukum berat jangan didiamkan. Jadi tidak ada keadilan. Apa pelacuran itu melindungi mereka, tidak bisa. Itu logika yang semu, logika yang semu. Itukan pengalaman dia. SBY juga harus diingatkan. Nanti tau rasa sendiri," pungkasnya.
"Kenyataannya SBY menutup mata. Ini adalah suatu kebohongan publik. Berarti ini SBY lakukan konspirasi. Untuk pemakaian kondom pada keluarga berencana gagal 20%," kata Prof Dadang kepada Suara Islam Online, Sabtu (30/6/2012)
"Dengarkanlah suara rakyat untuk kesekian kalinya. Kondom ini sudah soal lama, jangan dipaksakan lagi, kalau keadaan mau tenang jangan dipaksakan. Ubahlah kampanye kondom menjadi kampanye anti seks bebas. Kalau ini dilanggar juga risikonya ada keributan lagi," lanjut Prof Dadang.
Selain itu, Prof Dadang juga menyampaikan pendapatnya mengenai pengalaman penutupan perzinahan di pelabuhan yang dilakukan oleh Menteri Kesehatan saat dulu menjadi istri Gubernur NTT.
"Itu kelihatan logis tetapi tidak benar. Setiap yang benar pasti logis tetapi yang logis belum tentu benar. Setiap tempat pelacuran ditutup tetapi tidak ada folow up-nya, dan untuk pelaut-pelaut harus menikah dan jika ada perkosaan maka harus dihukum berat jangan didiamkan. Jadi tidak ada keadilan. Apa pelacuran itu melindungi mereka, tidak bisa. Itu logika yang semu, logika yang semu. Itukan pengalaman dia. SBY juga harus diingatkan. Nanti tau rasa sendiri," pungkasnya.
Silahkan berkomentar
Gunakan sopan santun sebagai tanda orang yang berakhlaq baik