(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. Al Baqarah [02]: 185)
Ramadhan adalah bulan Al Qur’an. Pada bulan inilah Al Qur’an diturunkan dari Lauhul Mahfuzh ke langit dunia. Karena itu di bulan yang mulia ini, kaum Muslimin hendaknya berlomba-lomba untuk membaca, mempelajari, menghayati dan mengamalkan isi kandungan al Qur’an. Umat Islam sudah seharusnya semakin gemar memelihara Al Qur’an.
Al-Quran yang mulia adalah firman Allah Swt. Al-Quran diturunkan kepada Rasulullah, Muhammad saw., melalui wahyu yang dibawa oleh Jibril, baik lafazh maupun maknanya; membacanya merupakan ibadah. Al-Quran merupakan mukjizat yang sampai kepada kita secara mutawatir. Allah Swt. berfirman:
Ramadhan adalah bulan Al Qur’an. Pada bulan inilah Al Qur’an diturunkan dari Lauhul Mahfuzh ke langit dunia. Karena itu di bulan yang mulia ini, kaum Muslimin hendaknya berlomba-lomba untuk membaca, mempelajari, menghayati dan mengamalkan isi kandungan al Qur’an. Umat Islam sudah seharusnya semakin gemar memelihara Al Qur’an.
Al-Quran yang mulia adalah firman Allah Swt. Al-Quran diturunkan kepada Rasulullah, Muhammad saw., melalui wahyu yang dibawa oleh Jibril, baik lafazh maupun maknanya; membacanya merupakan ibadah. Al-Quran merupakan mukjizat yang sampai kepada kita secara mutawatir. Allah Swt. berfirman:
لاَ يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلاَ مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيد
Al-Quran adalah kitab yang dijaga dengan penjagaan Allah sendiri. Allah berfirman:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesunguhnya Kami telah menurunkan Al-Quran dan Kami pasti akan menjaganya. (TQS. Al-Hijr [15]: 9)
Al-Quran adalah kitab yang akan mengidupkan jiwa dan menentramkan hati. Al-Quran mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya dengan izin Tuhan mereka yang Maha Perkasa dan Terpuji. Barang siapa yang berkata dengan menggunakan Al-Quran ia akan terpercaya; yang mengamalkannya akan bahagia; yang memutuskan hukum dengannya pasti akan adil; dan yang mendakwahkannya ia telah menunjukkan kepada jalan yang lurus.
Al-Quran adalah sebaik-baiknya bekal bagi setiap muslim. Al-Quran akan menjadi penguat bagi para pengemban dakwah. Dengan Al-Quran hati akan menjadi lapang. Penopang pun akan semakin kuat dengannya. Para pengemban Al-Quran akan menjadi kokoh bagaikan gunung yang berdiri kokoh; dunia pun akan menjadi hina baginya ketika berada di jalan Allah. Ia akan senantiasa mengatakan yang hak dan tidak takut celaan, di jalan Allah, dari orang-orang yang suka mencela. Dengan Al-Quran ia akan mampu bergerak cepat seperti tiupan angin. Pengemban Al-Quran lebih berat timbangannya di sisi Allah daripada gunung Uhud, karena ia senantiasa membaca Al-Quran hingga lisannya menjadi basah, dan jari-jemarinya akan menjadi saksi. Seperti itulah para sahabat Rasulullah saw. menjalani kehidupan dunia ini. Mereka seakan-akan Al-Quran yang bergerak. Mereka senantiasa menelaah ayat-ayatnya, membacanya dengan baik, mengamalkan isinya dan mendakwahkannya. Ayat-ayat tentang adzab menggetarkan jiwa mereka, sedangkan ayat-ayat tentang rahmat melapangkan dada mereka. Air mata mereka pun bercucuran karena tunduk akan kemukjizatan dan keagungannya. Mereka berserah diri terhadap segala hukum dan hikmahnya. Mereka telah menerima Al-Quran langsung dari Rasulullah saw. sehingga ayat-ayatnya terpatri kuat dalam lubuk hati mereka yang paling dalam. Karena itulah mereka menjadi manusia-manusia mulia dan menjadi para pemimpin; menjadi orang-orang yang berbahgia dan gembira. Ketika ditinggalkan Rasulullah saw. menuju tempat yang paling tinggi di surga illiyyin, mereka tetap konsisten memperhatikan Al-Quran, sebagaimana wasiat Rasulullah saw. Maka para penghafal di kalangan sahabat senatiasa ada di barisan pertama ketika melaksanakan amar ma’ruf nahyi munkar. Para pengemban Al-Quran senantisa menjadi barisan terdepan dalam segala kebaikan dan dalam menghadapi segala macam rintangan di jalan Allah Swt.
Sudah selayaknya Al-Quran menjadi penyiram hati bagi kaum Muslim umumnya, dan bagi para pengemban dakwah khususnya. Al-Quran selayaknya juga menjadi pengiring setiap langkah mereka. Mereka seharusnya dipimpin oleh Al-Quran menuju setiap kebaikan. Al-Quran pun akan mengangkat kedudukan mereka lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Mereka harus senantiasa memelihara Al-Quran di tengah malam dan di waktu penghujung siang; senantiasa membacanya, menghafalnya serta mengamalkannya. Sehingga mereka akan menjadi sebaik-baiknya pengikut dari generasi salaf (terdahulu) maupun generasi khalaf (belakangan).
Berikut ini kami tuliskan ayat-ayat Al-Quran beserta hadits nabi yang menceritakan tentang turunnya Al-Quran, tentang jaminan terpeliharanya, tentang petunjuknya, dan tentang keutamaan membacanya, serta tentang segala kebaikan yang sangat banyak kandungannya:
نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الأَمِينُ عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
لاَ يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلاَ مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
إِنَّ هَذَا الْقُرْءَانَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menjuluki mereka ke jalan yang lurus. (TQS. Al-Maidah [5] : 15-16)
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْءَانَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلاَفًا كَثِيرًا
Rasulullah saw. bersabda :
«خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ»
«مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ»
«الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ»
«إِنَّ الَّذِي لَيْسَ فِي جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنْ الْقُرْآنِ كَالْبَيْتِ الْخَرِبِ»
«اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا ِلأَصْحَابِهِ»
Al-Quran adalah kitab yang menjadi pembela dan bisa diminta pembelaan, ia adalah kitab yang Maahil dan Mushaddaq.[1] Siapa saja yang menjadikan Al-Quran ada di depannya[2] maka ia akan menuntunnya ke surga. Tapi siapa saja yang menjadikan Al-Quran di belakangnya [3] maka ia akan menggiringnya ke neraka. (HR. Ibnu Hibban dalam kitab shihnya dari Jabir bin Abdullah ra. Dan riwayat imam Baihaqi dalam kitab Sya’bul Iman dari Jabir dari Ibnu Mas’ud ra. Ini adalah hadits Shahih)
«إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ»
Abu Dawud dan At-Tirmidzi telah mentakhrij hadits yang sahih bahwa Rasulullah bersabda :
«يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَأُ بِهَا»
«اقْرَءُوا الْقُرْآنَ وَلاَ تَغْلُوا فِيهِ وَلاَ تَجْفُوا عَنْهُ وَلاَ تَأْكُلُوا بِهِ وَلاَ تَسْتَكْثِرُوا بِهِ»
«مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ اْلأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلاَ رِيحَ لَهَا وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ وَلاَ رِيحَ لَهَا»
«تَعَاهَدُوا الْقُرْآنَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَصِّيًا مِنْ اْلإِبِلِ فِي عُقُلِهَا»
Itulah ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits nabi yang mulia, yang menjelaskan kedudukan yang agung bagi Al-Quran dan bagi pengemban Al-Quran. Ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits tersebut telah mendorong pengemban Al-Quran untuk menelaahnya, mengamalkannya serta senantiasa memeliharanya, di saat mereka tinggal di rumah atau ketika sedang di perjalanan. Dengan begitu Al-Quran akan menjadi sebuah kekuatan dalam menempuh seluruh jalan kebaikan. Mereka tidak akan menyimpannya di rak hingga dipenuhi debu. Mereka pun tidak akan menghiasinya kemudian menyimpan di lemari, lalu dikunci hingga melupakannya. Marilah kita minta perlindungan kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu marilah kita memelihara Al-Quran wahai saudar-saudaraku. Mari kita bergegas untuk membacanya dengan benar, menelaahnya dengan benar, mengamalkannya dengan benar, dan terikat padanya dengan benar; agar rasa kita menjadi enak dan bau kita menjadi harum mewangi. Dengan semua itu marilah kita menjadi barisan pertama dalam mengemban dakwah di dunia ini, mudah-mudahan kita menjadi barisan pertama kelak di surga dan hari Akhir, ketika dikatakan nanti, “bacalah dan naiklah terus.!”. Dengan demikian semoga kita termasuk orang-orang yang berhak mendapatkan pertolongan Allah Yang Agung, dan meraih kebahagian yang tiada taranya, serta berhak mendapatkan ridha Allah Swt. Allah berfirman:
وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
Bergembiralah wahai orang-orang yang beriman (TQS. Al-Ahzab [33]: 47)
Catatan kaki:
[1] Muhammmad Abu Bakar bin Abdul Qadir Ar-Raji dalam kamusnya Mukhtar Shihah berkata, “Mahil artinya Al-Quran. Yaitu kitab yang akan menyeret pembacanya menuju Allah Swt. jika tidak mengikuti apa yang ada di dalamnya. Menurut pendapat lain arti Mahil adalah Mujadil; artinya yang mendebat (kebatilan). Mushaddaq artinya yang dibenarkan. Jika di baca mushaqqiq artinya yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya –pent
[2] Menjadikannya sebagai imam dan pedoman. Ketika ia akan berbuat apapun senantiasa melihat dulu Al-Quran yang ada di depannya, penj.
[3] Maksud menjadikan Al-Quran di belakangnya adalah tidak mengamalkannya dan tidak menjadikannya sebagai pedoman hidupnya. Ketika ia berbuat apapun tidak melihat dulu kepada Al-Quran karena ada di belakangnya. Dalam riwayat lain di katakan, Waro-a Dzohrihi artinya di balik punduknya. Jadi meski ia menoleh kebelakang tatap saja Al-Quran tidak akan kelihatan.
[4]Maksudnya tempat di Akhirat kelak tergantung sedikit banyaknya bacaan Al-Quran di Dunia. Semakin banyak maka akan semakin tinggi, sehingga dalam hadits itu dikatakan “naiklah”
Sumber: Min Muqawimmat Nafsiyah Islamiyah
Silahkan berkomentar
Gunakan sopan santun sebagai tanda orang yang berakhlaq baik