Islamic Defenders - Sejak kecil Jamaal selalu diajarkan orang tuanya untuk menggunakan
logika berpikir sebelum bertindak. Didikan itu ia praktekan ketika
berkenalan dengan Alquran pertama kali. Ia telusuri kebenaran Alquran
hingga akhirnya memutuskan untuk menjadi Muslim.
Bagi Jamaal, percaya kepada Tuhan itu harus didahulu dengan meyakini
wahyu yang diturunkan kepada Rasul yang diutus-Nya. Meyakini bahwa wahyu
itu memang berasal dari Tuhan bukan buatan manusia. “Itulah yang saya
pikirkan ketika membaca Alquran. Jadi, ada alasan bagi saya untuk
mempercaya Alquran,” kata dia.
Sebelumnya, Jamaal sempat mempertanyakan kritikan non-Muslim terhadap
Alquran. Menurut dia, kebanyakan dari mereka tidak memahami sejarah
Alquran, apalagi Alkitab. Jadi, dalam pandangan Jamaal, apa yang
dipikirkan para kritikus Islam terlalu tendensius tapi mengabaikan
proporsi berpikir.
Sejak itu, ia mencoba untuk mempelajari sejarah Alquran. Secara garis
besar, ia memahami bahwa Alquran diturunkan Allah SWT melalui malaikat
Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Proses turunnya Alquran memakan waktu
selama 23 tahun. Setelah selesai, dalam satu ayat disebutkan Allah SWT
akan menjaga kebenaran Alquran hingga akhir zaman.
“Saya merasa Alquran memiliki sejarah berbeda. Isi Alquran tidak
bertambah atau berkurang, yang sebenarnya sangat mungkin terjadi,” kata
dia.
Mulai membaca, Jamaal melihat Alquran mengajak umat manusia untuk
berpikir dan instrospeksi diri. Seperti, Alquran menuturkan bagaimana
penciptaan alam semesta dan isinya. Dari pemaparan itu, Allah SWT ingin
menunjukan kepada manusia bahwa yang menciptakan itu hanyalah Dia, tak
ada yang lain.
Selama penelusurannya, Jamaal memandang keimanan dalam Islam berdasar
perspektif Alquran. Ia mengakui kebenaran itu dapat dikenali dan
dimengerti. Tidak seperti kepercayaan masyarakat barat terhadap iman
yang selalu dominan berbicara soal misteri atau sebuah hal yang mungkin
tidak dapat dibuktikan.
“Itu bukan cara Alquran. Kitab suci Islam ini meminta kita untuk mencari, sebuah sifat dasar manusia,” kata dia.
Begitu pula, lanjut dia, ketika Alquran berbicara tentang sifat
Allah. Alquran memberikan gambaran sangat jelas tentang siapa yang
seharusnya disembah manusia, lalu menggambarkan kehebatan dari sosok
Tuhan ini. Ia tak meragukan logika itu
Ia justru merasa aneh, ketika para ahli kitab menyebut Nabi Muhammad
SAW mencuri isi dari Alkitab. Kalau memang itu benar, berarti Nabi
Muhammad sangat selektif dalam mencuri isi Alkitab.Tentu saja itu tidak
mungkin.
Misalnya saja kisah Adam dan Hawa yang juga ditemukan dalam Alquran.
Dalam Alquran, Nabi Adam diminta untuk tidak makan buah terlarang.
Alquran, beda dengan Alkitab, tidak mengatakan itu adalah pohon
pengetahuan. Jamal memahami alasannya dan tak memungkiri kebenaran di
dalamnya. Sebutan pohon pengetahuan tak dipakai agar pohon tersebut
tidak sama dengan Tuhan sebagai pemilik sekaligus sumber pengetahuan..
“Lalu, Allah SWT menegur keduanya dan mengajarkan bagaimana
bertaubat, ini seperti apa yang ditemukan dalam Alkitab, Dalam Alkitab,
diberitahu bahwa Tuhan berjalan ke Taman Eden mencari Adam,” kata dia.
Sumber ; kisahmuallaf.com
No comments:
Post a Comment