Pages

Sunday, October 7, 2012

Tiga Syarat Kemenangan Islam


Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (Q.s. At-Taubah: 32-33)

Islamic Defenders - Dalam rangkaian ayat-ayat sebelum ini, Allah menggambarkan penyimpangan-penyimpangan akidah yang dilakukan umat Yahudi dan Nasrani yang menyebabkan akidah Tauhid yang menjadi inti agama yang diwahyukan kepada seluruh nabi dan rasul menjadi kabur, bias dan rusak. Misalnya dengan menyatakan Uzair dan Isa Al-Masih adalah anak Allah, dan menjadikan para pemuka agama dan Al-Masih tuhan-tuhan baru tandingan Allah SWT (lihat ayat 30-31).

Dalam rangkaian ayat ini kembali ditegaskan bahwa mereka jua lah yang kini hendak memadamkan cahaya Allah, yaitu agama Islam dan kebenaran Al-Qur’an sebagai mukjizat nabi Muhammad SAW, setelah mereka berhasil menghancurkan sendi-sendi Tauhid di dalam akidah Yahudi dan Nasrani yang diajarkan oleh Nabi Musa dan Isa. Namun sekali-kali mereka tidak akan pernah berhasil untuk merubah sendi-sendi agama Islam apalagi memadamkan cahaya Allah, karena Allah hendak menyempurnakan cahaya Islam itu meski orang-orang kafir mendengkinya.

Syekh Muhammad Abu Zahrah menulis, “Allah menyamakan upaya penyesatan mereka untuk memadamkan Islam dengan orang yang berupaya memadamkan cahaya matahari di siang bolong dan cahaya bulan purnama, artinya orang yang berusaha menghapus hakikat-hakikat yang nyata adalah jelas sia-sia belaka.” (lihat Zahrat At-Tafasir, juz 6/3285)

Syekh Muhammad Rasyid Ridha dalam Tafsir Al-Manar (juz 10/343-344) mengutip beberapa usaha kaum Yahudi dan Nasrani (yang dahulu merusak agama mereka) untuk merusak agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Diantaranya, tulis Rasyid Ridha, kaum Yahudi di awal Islam berkembang di Madinah membantu musyrikin Arab dalam memerangi Rasulullah dan umat Islam. Setelah upaya ini gagal dan Allah memenangkan Rasul-Nya dan umat muslim dari makar Yahudi, mereka tak berhenti disitu.

Sepeninggal Rasulullah, Yahudi terus berupaya memadamkan cahaya Islam dengan menebar bid’ah dan memecah belah umat Islam dengan isu suksesi khilafah dan pengkultusan Ali bin Abi Thalib RA. yang dihembuskan oleh Abdullah bin Saba’. Kelompok inilah, dinyatakan oleh Rasyid Ridha, yang berhasil membunuh khalifah Usman bin ‘Affan RA., dan memicu fitnah antara Ali dan Mu’awiyah RA. Termasuk upaya Yahudi untuk merusak konsep-konsep Al-Qur’an dengan masuknya cerita Israiliyyat di dalam kitab tafsir, hadis dan tarikh.

Sedangkan Nasrani Eropa, tulis Rasyid Ridha dengan mengecualikan Nasrani Timur (Mesir, Suriah dan Palestina) yang justru dibebaskan oleh khilafah Islam dari penindasan Kaisar Roma, telah  berupaya memadamkan kekuatan Islam dengan melancarkan perang Salib di abad pertengahan.
Namun, meski semua makar itu terjadi dalam sejarah Islam termasuk juga saat Baghdad ibukota khilafah Abbasiyah dihancurkan oleh kekuatan Mongol, Islam tetap tegak meski mengalami kelemahan di setiap aspek hingga saat ini.
Oleh sebab itulah di ayat 33, Allah SWT berfirman menjelaskan beberapa alasan mengapa Islam ini akan tetap tegak kokoh meski terjadi berbagai makar untuk menghancurkannya, Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.
Dalam ayat tersebut Allah menegaskan tiga macam alasan atau rahasia di balik tetap kokohnya Islam ini meski sepanjang sejarahnya diganggu, diperangi dan hendak dihapus oleh kekuatan yang anti-Islam. Ketiga faktor itu adalah adanya Al-Huda (petunjuk Al-Qur’an), Dinul Haqq (yaitu Tauhid), dan Allah selaku pemilik dan pencetus Islam itu sendiri yang ingin memenangkannya atas segala agama dan keyakinan palsu.
Pertama, faktor yang menjadikan Islam itu kokoh adalah petunjuk Al-Qur’an selama diamalkan oleh umat Islam. Hal ini sungguh jelas sekali, sesuai hadis Nabi SAW “Sungguh Allah ta’ala akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab Al-Qur’an ini (dengan mengamalkan petunjuknya) dan juga akan menghinakan suatu kaum dengan Al-Qur’an ini (karena telah meninggalkan petunjuknya)” (HR. Muslim dari Umar bin Al-Khattab RA)
Kedua, faktor yang menguatkan eksistensi Islam adalah adanya Dinul Haqq yaitu Tauhid atau ‘amal saleh yang berguna di dunia dan akhirat sebagaimana tafsiran Ibnu Katsir (lihat juz 4/120). Maksudnya, Islam akan tetap kokoh selagi ada umatnya yang berlomba melakukan kesalehan dan menegakkan tauhid. Sesuai petunjuk hadis nabi SAW, “Satu kelompok dari umatku akan senantiasa menang karena tegak di atas kebenaran (al-haqq), tidak membahayakan mereka para penentangnya sampai datang keputusan Allah dan mereka tetap seperti itu”. (HR. Muslim dari Tsauban RA)
Ketiga, faktor yang menguatkan Islam meskipun selalu terjadi berbagai upaya penyimpangan, penyesatan, pengkaburan, penghancuran dan langkah memerangi Islam, adalah karena Allah SWT sendiri yang menjaga eksistensi Islam sampai cahaya kebenarannya betul-betul sempurna. Allah lah yang menjamin kemenangan Islam, dan kita wajib meyakini hal tersebut, dengan tidak terjebak hanya berpangku tangan dengan dalih bahwa Islam pasti dimenangkan Allah. Tugas kita adalah terus berikhtiyar dengan jerih payah dan kontribusi terbaik yang kita miliki untuk menjadi saham kemenangan Islam.
Sehebat apapun makar musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam, ajaran dan umatnya, Allah menjanjikan kemenangan Islam atas agama lain.
Begitulah nabi Muhammad SAW mengajarkan kita optimis, berkaca dari masa lalu, melangkah hari ini dan menatap masa depan. Dari Tamim Ad-Dari RA berkata: saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Perkara Islam ini akan sampai sejauh tempat yang dimasuki malam dan siang, dan Allah tak akan membiarkan rumah di kampung dan kota kecuali agama Islam ini masuk ke dalamnya, Ia memuliakan Islam dengannya dan Ia menghinakan kekufuran dengannya” (HR. Ahmad). Hadis yang senada juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari Al-Miqdad bin Al-Aswad RA. Demikian, wallahu a’lam.
H. Fahmi Salim, M.A.
Wakil Sekjen MIUMI

Sumber ; SI Online

No comments:

Post a Comment