Sarah Joseph.
|
Islamic Defenders - Sarah Joseph menempuh cara lain dalam menerjemahkan Islam kepada dunia Barat.
Wanita asal London, Inggris itu meluncurkan sebuah majalah gaya hidup Islam yang ditujukan terutama bagi kalangan muda, dan salah satu targetnya adalah pembaca non-Muslim. Majalah itu, awalnya, dibiayai dari tabungannya sendiri.
Kini, Majalah Emel mulai dikenal khalayak dan bersanding dengan majalah-majalah terkenal lainnya di toko-toko buku. Emel, nama majalah itu. Berasal dari dua huruf M dan L sebagai singkatan dari Muslim Life.
Rubrik-rubriknya menampilkan gaya hidup Islam menyangkut fasyen, desain interior, keuangan, entrepreneur, kesehatan, makanan, hingga kisah perjalanan.
Lalu ada juga rubrik berkebun dan ficer tentang penemuan-penemuan ilmuwan Muslim di masa lampau. Semuanya dikemas secara populer dengan menampilkan sisi Islam yang selama ini terlupakan di tengah arus Islamofobia dan isu terorisme.
Melalui Emel, Sarah berupaya mempresentasikan Islam yang sebenarnya, dengan menonjolkan kontribusi yang telah mereka buat, terutama untuk membangun opini masyarakat Barat.
Dengan sentuhan desain dan tata letak yang menarik, pesan-pesan Islam yang ditampilkan dalam setiap artikel dapat dipahami secara luas tanpa dogma-dogma agama atau bumbu politik.
''Jadi, saya kira, Muslim Inggris dan di Barat umumnya, harus menemukan jawaban atas apa yang terjadi saat ini. Harus jadi jembatan antara dua dunia itu. Kita-kita yang lahir dan besar dalam masyarakat Inggris, memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan Islam pada kalangan Barat,’’ papar Sarah yang bersuamikan Mahmud al-Rashid, seorang pria Inggris keturunan Bangladesh
Ia mengatakan Islam memiliki kapasitas untuk memberikan yang terbaik. Syaratnya, kata Sarah, Barat harus memulainya dengan melihat Islam sebagai bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah yang harus dijauhi.
Mengenai bisnis media yang dijalaninya, ungkap Sarah, banyak pihak yang mengira dirinya telah mengeluarkan modal yang cukup besar untuk memulai usahanya ini.
‘’Seorang wartawan BBC mengira kami punya modal hingga 5 juta pounds. Saya tertawa. Kami mulai dengan modal awal 20 ribu pounds,'' jelas ibu dari Hasan, Sumayah, dan Amirah itu.
Melalui majalah itu, Perempuan yang pernah mendapat undangan, saat Toni Blair menjabat Perdana Menteri Inggris itu, Sarah ingin menunjukkan sesuatu yang lain. Bahwa Islam bukan hanya ibadah shalat atau politik. Tapi Islam juga mengatur gaya hidup.
Dulu banyak yang tidak tahu bagaimana konsep hidup seorang Muslim. Namun kini perlahan mulai jelas setelah majalah ini diluncurkan. Emel berhasil merebut pasar yang belum banyak dimanfaatkan media lain dan meruntuhkan imej buruk sebagian kalangan yang membenci Islam. Oplahnya kini lebih dari 20 ribu eksemplar dan memiliki tiga ribu pelanggan tetap.
Sebagai Chief Executive Officer (CEO) sekaligus Editor Emel, Sarah giat membantu pengembangan ide dengan meramu Islam masa kini dan masa lalu serta mengajak pembaca Muslim memberikan kontribusi mereka. Majalah yang bermarkas di Whitechapel, timur London itu memiliki enam orang staf dan beberapa relawan.
Wanita asal London, Inggris itu meluncurkan sebuah majalah gaya hidup Islam yang ditujukan terutama bagi kalangan muda, dan salah satu targetnya adalah pembaca non-Muslim. Majalah itu, awalnya, dibiayai dari tabungannya sendiri.
Kini, Majalah Emel mulai dikenal khalayak dan bersanding dengan majalah-majalah terkenal lainnya di toko-toko buku. Emel, nama majalah itu. Berasal dari dua huruf M dan L sebagai singkatan dari Muslim Life.
Rubrik-rubriknya menampilkan gaya hidup Islam menyangkut fasyen, desain interior, keuangan, entrepreneur, kesehatan, makanan, hingga kisah perjalanan.
Lalu ada juga rubrik berkebun dan ficer tentang penemuan-penemuan ilmuwan Muslim di masa lampau. Semuanya dikemas secara populer dengan menampilkan sisi Islam yang selama ini terlupakan di tengah arus Islamofobia dan isu terorisme.
Melalui Emel, Sarah berupaya mempresentasikan Islam yang sebenarnya, dengan menonjolkan kontribusi yang telah mereka buat, terutama untuk membangun opini masyarakat Barat.
Dengan sentuhan desain dan tata letak yang menarik, pesan-pesan Islam yang ditampilkan dalam setiap artikel dapat dipahami secara luas tanpa dogma-dogma agama atau bumbu politik.
''Jadi, saya kira, Muslim Inggris dan di Barat umumnya, harus menemukan jawaban atas apa yang terjadi saat ini. Harus jadi jembatan antara dua dunia itu. Kita-kita yang lahir dan besar dalam masyarakat Inggris, memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan Islam pada kalangan Barat,’’ papar Sarah yang bersuamikan Mahmud al-Rashid, seorang pria Inggris keturunan Bangladesh
Ia mengatakan Islam memiliki kapasitas untuk memberikan yang terbaik. Syaratnya, kata Sarah, Barat harus memulainya dengan melihat Islam sebagai bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah yang harus dijauhi.
Mengenai bisnis media yang dijalaninya, ungkap Sarah, banyak pihak yang mengira dirinya telah mengeluarkan modal yang cukup besar untuk memulai usahanya ini.
‘’Seorang wartawan BBC mengira kami punya modal hingga 5 juta pounds. Saya tertawa. Kami mulai dengan modal awal 20 ribu pounds,'' jelas ibu dari Hasan, Sumayah, dan Amirah itu.
Melalui majalah itu, Perempuan yang pernah mendapat undangan, saat Toni Blair menjabat Perdana Menteri Inggris itu, Sarah ingin menunjukkan sesuatu yang lain. Bahwa Islam bukan hanya ibadah shalat atau politik. Tapi Islam juga mengatur gaya hidup.
Dulu banyak yang tidak tahu bagaimana konsep hidup seorang Muslim. Namun kini perlahan mulai jelas setelah majalah ini diluncurkan. Emel berhasil merebut pasar yang belum banyak dimanfaatkan media lain dan meruntuhkan imej buruk sebagian kalangan yang membenci Islam. Oplahnya kini lebih dari 20 ribu eksemplar dan memiliki tiga ribu pelanggan tetap.
Sebagai Chief Executive Officer (CEO) sekaligus Editor Emel, Sarah giat membantu pengembangan ide dengan meramu Islam masa kini dan masa lalu serta mengajak pembaca Muslim memberikan kontribusi mereka. Majalah yang bermarkas di Whitechapel, timur London itu memiliki enam orang staf dan beberapa relawan.
sumber ; Rol
Silahkan berkomentar
Gunakan sopan santun sebagai tanda orang yang berakhlaq baik