Islamic-defenders - Penindasan-penindasan umat Islam di Spanyol di bawah Dewan Inkuisisi
Spanyol dan penguasa Raja di Spanyol dirasakan sudah benar-benar di luar
batas. Penghapusan identitas keislaman secara sistematis, paksaan,
serta penindasan-penindasan terhadap kaum Moricos menimbulkan perlawanan
di kalangan mereka.
Kaum yang tertindas ini mengirim utusan ke Afrika untuk memohon
bantuan sedang sebagian lainnya terus melancarkan aksi perlawanan angkat
senjata di daerah-daerah pegunungan. Dengan sepenuh daya yang dimiliki,
mereka berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan akidah. Namun
sayang, usaha mereka menemui kegagalan. Surat-surat jawaban dari para
pemimpin umat Islam di Afrika jatuh ke tangan kaum Salibis, penguasa
Spanyol.
Dalam surat jawaban dari Afrika itu dinyatakan kesediaan pemerintah
Islam di sana untuk menolong kaum muslimin yang hendak melarikan diri,
juga siap mengirimkan pasukan dan kapal-kapal melalui pesisir Melilla
dan Larache. Karena sudah diketahui, dua daerah itu akhirnya dijaga
ketat oleh pasukan Kristen Spanyol.
Para pejuang muslim ini tidak putus asa. Semangat mereka tak sedikit
pun menurun. Mereka lalu mengadakan peremuan rahasia di pingir kota
Granada. Dalam pertemuan itu, Muhammad bin Umayah (Aben Humeya dalam
lidah orang Spanyol) ditetapkan sebagai pemimpin. Dia berasal dari
keturunan Bani Umayah. Pemimpin ini sebelumnya merupakan seorang yang
sudah menjadi orang Kristen-paksaan hingga namanya harus berganti
menjadi Fernando de Válor.
Muhammad bin Umayah dilahirkan di desa Valor, jantung wilayah
pegunungan Las Alpujarras, Granada, pada tahun 1520. Ia lahir dengan
nama Kristen, Fernando de Córdoba. Setelah diangkat sebagai pemimpin,
dia disebut sebagai Raja 'Kecil' dari Las Alpujarras. Las Alpujarras
merupakan wilayah dimana orang-orang muslim yang dipaksa menjadi
Kristen-paksaan mengungsi.
Muhammad bin Umayah pertama kali memproklamirkan & mengobarkan
perlawanannya pada malam Natal tanggal 24 Desember 1568 di desa Beznar
atau Cadiar. Secara terang-terangan, para pejuang itu mengumumkan
perlawanannya. Banyak rakyat yang bergabung dengan pasukan ini. Bahkan
mereka berhasil merontokkan pasukan kerajaan yang berusaha memadamkan
amukan pejuang muslim ini. Pejuang muslim ini juga didukung oleh
kekuatan umat Islam bangsa Barbar dan Turki yang men-support dari arah
pesisir Laut Tengah.
Perjuangan kaum muslimin kian menunjukkan kekuatannya. Beberapa
gereja dan biara berhasil mereka kuasai. Sejumlah rahib dan pastur
terbunuh. Para pemimpin agama yang melawan mereka buat tidak berkutik.
Situasi pun makin meledak. Penguasa Spanyol merasa perlu mengerahkan
pasukan dalam jumlah yang besar untuk mengepung daerah pegunungan yang
dijadikan basis perjuangan para mujahid. Pada tahun 1569 M, pecahlah
perang besar. Pasukan penguasa Kristen Spanyol berhasil mematahkan
markas pertahanan kaum pejuang muslim.
Para mujahid Islam itu tetap melawan. Mereka tak kehilangan semangat
juang. Sebagian bergerilya di pegunungan-pegunungan, sebagian lagi
berhasil diselamatkan oleh kapal-kapal penyelamat Islam untuk dievakuasi
menuju Afrika. Namun misi penyelamatan itu bukan tanpa kendala. Mereka
tetap harus bertempur di daerah pesisir terlebih dahulu sebelum berhasil
menyelamatkan diri. Perang pun tidak memberi tanda akan segera
berakhir. Para pejuang muslim yang tersisa itu justru semakin
menunjukkan amarahnya melawan pasukan penguasa Kristen.
Kegentingan itu membuat Raja Phillips Spanyol geram dan tidak sabar
juga. Ia mengirimkan jumlah pasukan yang lebih besar lagi personilnya.
Pemimpinnya adalah adiknya sendiri yang bernama Don Juan de Austria. Ia
bertolak dari Sevilla menuju El Bayazin dan tempat-tempat lainnya untuk
mematahkan perlawanan. Sedang kaum pejuang tetap berusaha bertahan
habis-habisan. Prinsip jihad mereka canangkan. Lebih baik mati syahid
daripada diperbudak penguasa Kristen yang kekejamannya sangat melampaui
batas.
Dalam pertempuran sengit itu, Muhammad bin Umayah gugur. Sebagai
gantinya, diangkatlah Pangeran Abdullah (Aben Aboo menurut lidah orang
Spanyol). Nama Kristennya Diego López. Gugur dan munculnya pemimpin
pasukan perlawanan umat Islam tidak menghentikan peperangan sepanjang
musim dingin.
Siasat lain dibuat oleh pasukan penguasa Kristen Spanyol. Panglima
tertinggi pasukan Kristen menawarkan perundingan dan memberi janji
amnesti bagi yang mau menyerah. Kepada golongan Kristen-paksaan yang
tidak ikut melawan, diberinya kelonggaran dan perbaikan nasib. Ternyata
ajakan ini mempengaruhi sebagian kaum pejuang. Mereka rupanya telah
jenuh dengan peperangan yang tidak berakhir. Sebagian lain memilih lari
ke Afrika karena takut balas dendam yang mungkin sekali akan dilancarkan
pada diri mereka.
Persatuan dan kesatuan pasukan pejuang di bawah pimpinan Pangeran
Abdullah sudah terkoyak-koyak. Sementara di sisi lainnya, pasukan
penguasa Kristen justru semakin menunjukkan kemenangannya. Pasukan
Kristen berhasil mendesak kaum pejuang sampai pada akhirnya pangeran
Abdullah gugur karena dikhianati pengikutnya. Jasad pemimpin mujahid
yang sudah gugur ini pun kemudian dibawa ke Granada. Tubuhnya yang sudah
tak bernyawa masih saja dicincang-cincang oleh penguasa Kristen
dipertontonkan di depan masyarakat umum.
Sisa-sisa kelompok pejuang dipaksa mengosongkan rumah-rumah mereka.
Mereka disuruh mengungsi ke daerah Asturias dan Guernica dengan
pengawasan yang sangat ketat. Sebagian dari mereka menggabungkan diri
dengan sebagian kelompok perlawanan lain di Valencia dan daerah-daerah
lain di Spanyol. Tetapi penguasa Kristen dengan mudah menumpas
perlawanan mereka dengan keji. Darah kaum muslimin yang melawan mengalir
dimana-mana. Jasad mereka dibakar bagai onggokan kayu.
Sementara nasib umat Islam lainnya yang masih menjadi kaum
Kristen-paksaan nasib mereka terkatung-katung dan terus melanjutkan
hidup di bawah kekejaman dan penindasan kekuasaan raja Kristen Spanyol.
Sebagian besar diantara mereka kemudian diusir keluar dari Spanyol dan
dibawa ke Afrika.
Sumber Referensi:
Muhammad Ali Quthub. 1993. Fakta Pembantaian Muslimin di Andalusia. Solo: Pustaka Mantiq
http://www.andalucia.cc/adn/0697per.htm
Wikipedia.org
Sumber Referensi:
Muhammad Ali Quthub. 1993. Fakta Pembantaian Muslimin di Andalusia. Solo: Pustaka Mantiq
http://www.andalucia.cc/adn/0697per.htm
Wikipedia.org
Silahkan berkomentar
Gunakan sopan santun sebagai tanda orang yang berakhlaq baik