Musa Dimunah
|
Islamic Defenders - ABUJA -- Di masa lalu, Igbo merupakan salah satu wilayah berpengaruh
secara politik di Nigeria. Di wilayah ini berdiri kerajaan besar yang
pada akhirnya melebur dan menjadi bagian dari wilayah Nigeria modern.
Secara tradisi, masyarakat wilayah ini menganut Kristen dan agama tradisional. Tradisi tersebut juga berlaku untuk keluarga kerajaan yang secara emosional mempersatukan wilayah ini.
Belakangan masyarakat Igbo dikejutkan dengan satu kabar yang menyebutkan raja mereka, Sylvester O. Dimunah memutuskan untuk menjadi Muslim. "Saya tidak berpindah agama. Saya hanya kembali ke agama nenek moyang kami yang dianut dan dipraktekkan secara universal," ungkap dia seperti dikutip onislam.net, Senin (28/1).
Setelah menjadi Muslim, ia berganti nama menjadi Musa Dimunah. Musa mengaku sangat terkesan dengan ajaran Islam yang meniadakan kebencian dan diskriminasi. Saya tidak pernah menyesal karena menjadi Muslim terlepas dari stigma, pandangan negatif karena status saya sebagai orang Igbo, tegas dia.
Ketika ditanya apakah ia menghadapi ancaman atau penolakan dari kerabat, Musa mengatakan ia tidak menghadapi tekanan dari keluarganya karena keluarganya justru menghormati keputusannya itu. Musa mengungkapkan semenjak tragedi 9/11 lalu, ia tertarik untuk mempelajari Islam.
Dalam studi yang dikajinya, banyak orang mengatakan Islam dan Muslim itu berbahaya. Tapi hal itu tidak membuatnya mundur, sebaliknya ia semakin penasaran. Ia pun semakin kagum setelah mengetahui bagaimana generasi Muslim pertama dipimpin oleh Nabi Muhammad telah memperlihatkan wajah sesungguhnya umat Islam kepada dunia.
"Di awal, Islam sangat menghindari kekerasan. Apa buktinya, itu terlihat bagaimana Nabi SAW hijrah," ungkap Musa.
Karena itulah, Musa menyimpulkan Islam merupakan agama damai yang mengajak umat manusia memiliki moral dan hubungan interpersonal yang baik. Keputusan Musa memeluk Islam bisa dikatakan satu tonggak sejarah penting dalam dakwah Islam.
Apalagi, wilayah ini tidak memberikan pendidikan Islam kepada masyarakatnya, kendati ada populasi Muslim yang jumlahnya sangat sedikit. Praktis hanya Universitas Port Harcourt yang hanya menawarkan ajaran Islam.
Kepala Dewan Tradisional Igbo, Sam Eze Ohiri mengatakan masyarakat Igbo tidak mempermasalahkan keputusan raja karena itu merupakan hak asasi yang tidak bisa diganggu gugat. "Siapapun punya cara masing-masing dalam upaya melayani Tuhannya," kata dia.
Ulama terkemuka Nigeria, Sheikh Shehu Ustman Anaga mengatakan masuk Islamnya Raja Igbo merupakan tanda yang baik. Ini juga menjadi bukti bahwa Islam sesungguhnya bukanlah agamanya yang mengajarkan kekerasan. Saya kira saudara-saudara kita di Igbo telah mencoba untuk belajar dan memahami ajaran Islam dengan baik, ucapnya.
Anaga, yang merupakan juga seorang mualaf, meminta pemerintah untuk memperhatikan minoritas Muslim Igbo. Perhatian itu sangat penting dengan harapan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mencapai keseteraan dengan suadara mereka yang non-Muslim.
"Saya kira masalah yang terjadi di Nigeria saat ini adalah kurangnya informasi. Masalah itu jelas bersumber pada kurangnya kesempatan untuk memberikan informasi yang benar," kata dia.
Secara tradisi, masyarakat wilayah ini menganut Kristen dan agama tradisional. Tradisi tersebut juga berlaku untuk keluarga kerajaan yang secara emosional mempersatukan wilayah ini.
Belakangan masyarakat Igbo dikejutkan dengan satu kabar yang menyebutkan raja mereka, Sylvester O. Dimunah memutuskan untuk menjadi Muslim. "Saya tidak berpindah agama. Saya hanya kembali ke agama nenek moyang kami yang dianut dan dipraktekkan secara universal," ungkap dia seperti dikutip onislam.net, Senin (28/1).
Setelah menjadi Muslim, ia berganti nama menjadi Musa Dimunah. Musa mengaku sangat terkesan dengan ajaran Islam yang meniadakan kebencian dan diskriminasi. Saya tidak pernah menyesal karena menjadi Muslim terlepas dari stigma, pandangan negatif karena status saya sebagai orang Igbo, tegas dia.
Ketika ditanya apakah ia menghadapi ancaman atau penolakan dari kerabat, Musa mengatakan ia tidak menghadapi tekanan dari keluarganya karena keluarganya justru menghormati keputusannya itu. Musa mengungkapkan semenjak tragedi 9/11 lalu, ia tertarik untuk mempelajari Islam.
Dalam studi yang dikajinya, banyak orang mengatakan Islam dan Muslim itu berbahaya. Tapi hal itu tidak membuatnya mundur, sebaliknya ia semakin penasaran. Ia pun semakin kagum setelah mengetahui bagaimana generasi Muslim pertama dipimpin oleh Nabi Muhammad telah memperlihatkan wajah sesungguhnya umat Islam kepada dunia.
"Di awal, Islam sangat menghindari kekerasan. Apa buktinya, itu terlihat bagaimana Nabi SAW hijrah," ungkap Musa.
Karena itulah, Musa menyimpulkan Islam merupakan agama damai yang mengajak umat manusia memiliki moral dan hubungan interpersonal yang baik. Keputusan Musa memeluk Islam bisa dikatakan satu tonggak sejarah penting dalam dakwah Islam.
Apalagi, wilayah ini tidak memberikan pendidikan Islam kepada masyarakatnya, kendati ada populasi Muslim yang jumlahnya sangat sedikit. Praktis hanya Universitas Port Harcourt yang hanya menawarkan ajaran Islam.
Kepala Dewan Tradisional Igbo, Sam Eze Ohiri mengatakan masyarakat Igbo tidak mempermasalahkan keputusan raja karena itu merupakan hak asasi yang tidak bisa diganggu gugat. "Siapapun punya cara masing-masing dalam upaya melayani Tuhannya," kata dia.
Ulama terkemuka Nigeria, Sheikh Shehu Ustman Anaga mengatakan masuk Islamnya Raja Igbo merupakan tanda yang baik. Ini juga menjadi bukti bahwa Islam sesungguhnya bukanlah agamanya yang mengajarkan kekerasan. Saya kira saudara-saudara kita di Igbo telah mencoba untuk belajar dan memahami ajaran Islam dengan baik, ucapnya.
Anaga, yang merupakan juga seorang mualaf, meminta pemerintah untuk memperhatikan minoritas Muslim Igbo. Perhatian itu sangat penting dengan harapan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mencapai keseteraan dengan suadara mereka yang non-Muslim.
"Saya kira masalah yang terjadi di Nigeria saat ini adalah kurangnya informasi. Masalah itu jelas bersumber pada kurangnya kesempatan untuk memberikan informasi yang benar," kata dia.
No comments:
Post a Comment