Pages

Sunday, July 1, 2012

ACT: Kalau Muslim, Pasti Peduli Rohingya dan Suriah



 
Aksi MRI-ACT peduli Pengungsi Rohingya & Suriah di Bundaran HI
Krisis kemanusiaan yang menimpa pengungsi Rohingya Myanmar dan Suriah seharusnya juga menjadi perhatian bagi masyarakat Indonesia, termasuk pemerintah. Sebab, kepedulian tersebut merupakan bentuk kepedulian Indonesia pada negeri sendiri.
Demikian oleh Direktur International Humanity Response Aksi Cepat Tanggap (ACT) Imam Akbari usai Aksi Solidaritas untuk Pengungsi Rohingya dan Suriah di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Jum’at (29/6/2012).
Kepedulian itu, menurut Imam Akbari, juga sebagai autokritik bagi Indonesia untuk peduli pada keadaan dalam negeri. Lebih dari itu, “(Kepedulian) ini merupakan diplomasi kemanusiaan yang oleh pemerintah bisa menjadi diplomasi (politik) yang sangat signifikan,” ujarnya kepada Hidayatullah.com.
Bagi Imam, selain atas nama kemanusiaan, kepedulian bangsa Indonesia terhadap kedua negara tersebut juga atas panggilan ideologi terutama bagi umat Islam.
“Pasti, sudah otomatis (kalau) muslim peduli pada Rohingya dan Suriah,” tegasnya.
Galang Kepedulian
Pada aksi di Bundaran HI itu sendiri, massa gabungan sejumlah elemen anak muda di bawah bendera Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) dan ACT menggalang solidaritas rakyat Indonesia untuk turut peduli atas tragedi kemanusiaan yang telah merenggut nyawa ratusan ribu orang di Myanmar dan Suriah. Sejumlah spanduk ajakan membantu para pengungsi digelar. Massa juga menghimpun bantuan dana dari para pengguna jalan.
Rencananya, ACT akan memberangkatkan Action Team for Rohingya dan Suriah I pada 6 Juli mendatang. Tim berikutnya akan diberangkatkan pada 13 Juli 2012.
“Menyambut bulan suci Ramadhan, ladang kepedulian yang luas dalam wujud ribuan pengungsi di Rohingya dan Suriah menanti uluran tangan Anda,” seru ATC dalam siaran persnya yang dibacakan pada aksi tersebut.
Seperti diketahui, sudah puluhan tahun etnis Muslim Rohingya mengalami diskriminasi tanpa Negara. Keberadaan mereka sudah ribuan tahun di sana, namun pemerintah Myanmar menganggap etnis Muslim Rohingya hanyalah orang asing.*

No comments:

Post a Comment