Foto: Facebook / Free West Papua Campaign |
“Orang ini selama
pemerintahannya telah mendalangi pembunuhan lebih dari 500 ribu orang
tak bersalah di Papua Barat,” kata pengumuman Free West Papua Campaign
lewat situs resmi dan akun Facebook-nya.
Penangkapan itu cukup simbolis.
Jadi mereka yang berminat mendapatkan hadiah cukup mendekati Yudhoyono
dengan tenang, lalu menepuk bahu atau tangannya dan berkata, “Susilo
Bambang Yudhoyono, ini adalah penangkapan oleh warga untuk kejahatan
terhadap kemanusiaan di Papua Barat dan saya mengajak Anda ikut ke
kantor polisi.”
Gerakan pembebasan Papua yang
bermarkas di Oxford, Inggris, itu menyatakan siapa pun boleh mengklaim
hadiah itu jika “penangkapan” itu diberitakan oleh media massa besar. Si
penangkap juga harus disebutkan dalam berita “penangkapan” itu. Imbalan
bisa diambil dalam jangka waktu 28 hari setelahnya.
“Kami
berharap ada banyak pendukung yang mencoba menangkap Presiden agar
perhatian dunia tertuju ke Papua,” kata Alex Regent, juru bicara Benny
Wenda, pemimpin Free West Papua Campaign, kepada Detik kemarin. “Kami
mendesak agar Yudhoyono diadili atas pembunuhan yang terjadi di Papua.”
Regent berharap penangkapan itu
bisa mendorong terbukanya informasi situasi di Papua. Selama ini, kata
dia, dunia tak bisa mengetahui kondisi asli di Papua karena media asing
dan organisasi pemerhati hak asasi manusia dilarang masuk ke sana.
Saat dicoba mengontak langsung
Benny Wenda, 37 tahun, ia tak kunjung menjawab panggilan telepon ataupun
membalas surat elektronik dari Detik. “Dia masih rapat,” kata Tim,
anggota staf kantor Free West Papua Campaign.
Juru bicara Presiden Yudhoyono,
Julian Aldrin Pasha, menilai tudingan tersebut berdasarkan fakta yang
tak jelas dan tak masuk akal. “Itu sedikit mengganggu karena itu suatu
statement yang menghina kepala negara,” kata Julian seperti dilansir
Detik.com.
Julian mengatakan lembaga di
Inggris tersebut menutup mata terhadap pendekatan kesejahteraan
masyarakat dan hak asasi manusia yang diusung pemerintahan Yudhoyono.
Menurut dia, kampanye tersebut tak perlu ditanggapi serius. “Ini
kampanye dari pihak yang sakit jiwa karena melayangkan tuduhan yang tak
benar dengan konteks masalah yang tak jelas,” ujarnya.
Sementara itu, Edmund McWilliams
dari West Papua Advocacy Team, yang berbasis di Amerika Serikat,
berpendapat kampanye itu hanya ditujukan buat menarik perhatian media
massa dan publik internasional. Edmund yakin ada orang Papua yang jadi
korban kekerasan TNI. Ia juga melihat pemerintah Indonesia cenderung
mengabaikan masalah kesehatan dan pendidikan di pulau tertimur Indonesia
itu.
Silahkan berkomentar
Gunakan sopan santun sebagai tanda orang yang berakhlaq baik