Islamic Defenders - BOLEH jadi otak kita saat ini dipenuhi pikiran di mana akan kuliah,
di perusahaan mana akan bekerja, baju apa yang akan digunakan besok
pagi, apa yang akan dimasak untuk makan malam nanti, dll.
Persoalan-persoalan yang sangat bertolak dengan akhir kehidupan manusia.
Ya, apalagi kalau bukan kematian—pembicaraan tentang kematian yang
kerap dilupakan atau yang terjadi hanya pada seseorang telah lanjut
usia.
Tiap hari, di acara berita tau kriminal tak ayal
orang-orang menyaksikan kematian orang lain tetapi tidak memikirkan
tentang hari ketika orang lain menyaksikan kematian dirinya. Ia tidak
mengira bahwa kematian itu sedang menunggunya!
Namun seperti
itulah dunia, namun ingatlah ketika kita adalah seonggok daging tak
bernyawa, yang kemudian akan ditimbun tanah dan mengalami proses
pembusukan yang cepat. Segera setelah dimakamkan, maka bakteri-bakteri
dan serangga-serangga berkembang biak pada mayat; hal tersebut terjadi
dikarenakan ketiadaan oksigen. Gas yang dilepaskan oleh jasad renik ini
mengakibatkan tubuh jenazah menggembung, mulai dari daerah perut, yang
mengubah bentuk dan rupanya. Buih-buih darah akan meletup dari mulut dan
hidung dikarenakan tekanan gas yang terjadi di sekitar diafragma.
Selagi proses ini berlangsung, rambut, kuku, tapak kaki, dan tangan akan
terlepas. Seiring dengan terjadinya perubahan di luar tubuh, organ
tubuh bagian dalam seperti paru-paru, jantung dan hati juga membusuk.
Sementara itu, pemandangan yang paling mengerikan terjadi di sekitar
perut, ketika kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas dan tiba-tiba
pecah, menyebarkan bau menjijikkan yang tak tertahankan. Mulai dari
tengkorak, otot-otot akan terlepas dari tempatnya. Kulit dan jaringan
lembut lainnya akan tercerai berai. Otak juga akan membusuk dan tampak
seperti tanah liat. Semua proses ini berlangsung sehingga seluruh tubuh
menjadi kerangka.
Semua makhluk hidup akan hidup sampai suatu
hari yang telah ditentukan dan kemudian mati; Allah menjelaskan dalam
Quran tentang prilaku manusia pada umumnya terhadap kematian dalam ayat
berikut ini:
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu
lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu,
kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang
gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan,” (QS. Al-Jumu’ah: 8).
Tidak ada kesempatan untuk
kembali kepada kehidupan yang sebelumnya. Berkumpul bersama keluarga di
meja makan, bersosialisasi atau memiliki pekerjaan yang terhormat;
semuanya tidak akan mungkin terjadi.
Singkatnya, “onggokkan
daging dan tulang” yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang
menjijikkan. Di lain pihak, anda – atau lebih tepatnya, jiwa anda – akan
meninggalkan tubuh ini segera setelah nafas anda berakhir. Sedangkan
sisa dari anda – tubuh anda – akan menjadi bagian dari tanah.
Ya,
tetapi apa alasan semua hal ini terjadi? Seandainya Allah ingin, tubuh
ini dapat saja tidak membusuk seperti kejadian di atas. Tetapi hal ini
justru menyimpan suatu pesan tersembunyi yang sangat penting
Akhir
kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia; seharusnya
menyadarkan dirinya bahwa ia bukanlah hanya tubuh semata, melainkan jiwa
yang “dibungkus” dalam tubuh. Dengan lain perkataan, manusia harus
menyadari bahwa ia memiliki suatu eksistensi di luar tubuhnya. Selain
itu, manusia harus paham akan kematian tubuhnya – yang ia coba untuk
miliki seakan-akan ia akan hidup selamanya di dunia yang sementara ini
-. Tubuh yang dianggapnya sangat penting ini, akan membusuk serta
menjadi makanan cacing suatu hari nanti dan berakhir menjadi kerangka.
Mungkin saja hal tersebut segera terjadi.
Walaupun setelah
melihat kenyataan-kenyataan ini, ternyata mental manusia cenderung untuk
tidak peduli terhadap hal-hal yang tidak disukai atau diingininya.
Bahkan ia cenderung untuk menafikan eksistensi sesuatu yang ia hindari
pertemuannya. Kecenderungan seperti ini tampak terlihat jelas sekali
ketika membicarakan kematian. Hanya pemakaman atau kematian tiba-tiba
keluarga dekat sajalah yang dapat mengingatkannya [akan kematian].
Kebanyakan orang melihat kematian itu jauh dari diri mereka. Asumsi yang
menyatakan bahwa mereka yang mati pada saat sedang tidur atau karena
kecelakaan merupakan orang lain; dan apa yang mereka [yang mati] alami
tidak akan menimpa diri mereka! Semua orang berpikiran, belum saatnya
mati dan mereka selalu berpikir selalu masih ada hari esok untuk hidup.
Bahkan
mungkin saja, orang yang meninggal dalam perjalanannya ke sekolah atau
terburu-buru untuk menghadiri rapat di kantornya juga berpikiran serupa.
Tidak pernah terpikirkan oleh mereka bahwa koran esok hari akan
memberitakan kematian mereka. Sangat mungkin, selagi anda membaca
artikel ini, anda berharap untuk tidak meninggal setelah anda
menyelesaikan membacanya atau bahkan menghibur kemungkinan tersebut
terjadi. Mungkin anda merasa bahwa saat ini belum waktunya mati karena
masih banyak hal-hal yang harus diselesaikan. Namun demikian, hal ini
hanyalah alasan untuk menghindari kematian dan usaha-usaha seperti ini
hanyalah hal yang sia-sia untuk menghindarinya:
Manusia yang diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati seorang diri. Namun selama hidupnya, ia hampir selalu hidup untuk memenuhi segala keinginannya. Tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memenuhi hawa nafsunya. Namun, tidak seorang pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kuburan. Jenazah dikuburkan hanya dengan dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah. Tubuh datang ke dunia ini seorang diri dan pergi darinya pun dengan cara yang sama. Modal yang dapat di bawa seseorang ketika mati hanyalah amal-amalnya saja.“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan,” (QS. Al-Ankabut: 57).
Silahkan berkomentar
Gunakan sopan santun sebagai tanda orang yang berakhlaq baik