
"Hal ini sangat disayangkan, tapi benar, bahwa banyak, termasuk saya tidak melakukan Tarawih tahun ini karena takut serangan pesawat tak berawak," kata Rahat Dawar, warga Dattakhel, sebuah kota kecil di Waziristan Utara, kepada OnIslam.net.
Daerah Dattakhel telah menjadi salah satu target utama serangan pesawat tak berawak AS, yang menewaskan ratusan orang, termasuk perempuan dan anak-anak selama lima tahun terakhir.
"Drone biasanya menargetkan kegiatan yang dianggap sebagai pertemuan Taliban," ujar Dawar yang dilansir onislam.net, Selasa 31 Juli.
"Tapi, mereka tidak mencapai target mereka sepanjang waktu," tambahnya, merujuk pada ratusan warga sipil yang menjadi korban bukan anggota Taliban, termasuk perempuan dan anak-anak dalam serangan pesawat tak berawak sejak tahun 2004.
AS telah melancarkan serangan pesawat tak berawak di daerah kesukuan Pakistan dekat perbatasan dengan Afghanistan untuk melacak pejuang Al-Qaeda dan Taliban. Lebih dari 300 orang telah tewas dalam 29 serangan pesawat tanpa awak di Waziristan Utara dan Selatan pada tujuh bulan pertama tahun ini. Menurut New American Foundation, dan Human Rights Watch, hampir 50 persen dari target drone merupakan warga sipil.
Pemerintah Pakistan secara resmi mengutuk serangan Amerika. Namun, para analis percaya bahwa ada perjanjian diam-diam antara Islamabad dan Washington dimana Pakistan mengecam serangan untuk membendung kemarahan publik yang berkembang tetapi tidak akan mengambil tindakan apapun terhadap mereka.
Meskipun tentara Amerika melakukan serangan pesawat tak berawak hanya dua kali selama sepuluh hari pertama bulan Ramadhan, penduduk setempat sering melihat predator tanpa awak itu melayang di daerahnya, menyebabkan kepanikan di antara mereka.
"Apakah itu siang atau malam, Anda dapat melihat pesawat terbang di daerah ini hampir dua sampai empat kali sehari," kata Rahat.
"Saya pergi untuk melakukan Tarawih pertama, tetapi suara yang mengganggu dari pesawat terbang di atas kepala kami membuat saya terganggu.
"Setiap kali saya membungkuk saya merasa pesawat tak berawak itu akan menembakkan rudal, dan saya tidak akan bisa bangkit lagi," kata Rahat mengeluh.
Gul Wazir Dawar, warga kota Ghulam Khan, yang berbatasan dengan provinsi Khost timur laut, juga berhenti melakukan sholat di luar rumahn karena khawatir serangan pesawat tak berawak.
"Saya merasa malu karena saya tidak shalat hanya karena takut mati," kata Gul, pemilik toko kepada OnIslam.net.
"Drone tidak tahu apakah itu pertemuan pejuang atau ibadah. Mereka hanya menembakkan rudal, " katanya, merujuk pada serangan yang sering salah sasaran.
Satu setengah tahun yang lalu, sebuah pesawat tak berawak AS menyerang sebuah pertemuan suku (Jirga) di dekat Miramshah, ibukota Waziristan Utara, yang diselenggarakan untuk menyelesaikan perselisihan lokal, menewaskan dua puluhan suku dan personil keamanan.
[muslimdaily.net]
Silahkan berkomentar
Gunakan sopan santun sebagai tanda orang yang berakhlaq baik